Kementerian HAM Resmikan “Ruang Marsinah” untuk Mengenang Pejuang Hak Buruh

Hasanah.id – Nama Marsinah kini diabadikan sebagai nama salah satu ruangan di Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM). Peresmian “Ruang Marsinah” dilakukan pada Senin (10/11/2025) di lantai 1 Gedung Kementerian HAM, Jakarta, yang kini juga resmi berganti nama menjadi Gedung KH Abdurrahman Wahid.
Menteri HAM Natalius Pigai menjelaskan, penamaan ruangan tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada Marsinah yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Pemberian nama ini merupakan simbol penghargaan atas keberanian dan keteguhan Marsinah dalam memperjuangkan hak-hak kaum pekerja,” ujar Pigai dalam keterangannya.
Marsinah dikenal sebagai aktivis buruh yang gugur pada tahun 1993 setelah memperjuangkan kesejahteraan para pekerja di Jawa Timur. Pigai menilai, tragedi yang menimpa Marsinah menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah hak asasi manusia Indonesia.
“Peristiwa Marsinah menjadi pengingat penting bahwa perlindungan terhadap pembela HAM, hak atas keadilan, dan larangan penyiksaan harus terus ditegakkan,” katanya.
Ia menambahkan, semangat perjuangan Marsinah perlu diwariskan kepada generasi muda dan dijadikan teladan bagi perjuangan menegakkan hak-hak pekerja di masa kini.
“Ruang Marsinah akan difungsikan sebagai pusat pelayanan publik bidang HAM. Saya berharap kehadirannya menjadi simbol moral bagi kita semua untuk berpihak kepada yang tertindas,” tegas Pigai.
Sebelumnya, Marsinah ditetapkan sebagai salah satu penerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2025. Ia dikenang sebagai pekerja perempuan tangguh yang menjadi simbol perlawanan kaum buruh terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Kakak kandungnya, Marsini, menyampaikan rasa syukur atas penghargaan tersebut.
“Saya berterima kasih kepada Presiden Prabowo dan semua pihak yang telah memperjuangkan pengakuan terhadap jasa adik saya,” tuturnya, penuh haru.
Marsinah lahir pada 10 April 1969 dan bekerja di sebuah pabrik di Jawa Timur. Ia aktif memperjuangkan kenaikan upah bagi sekitar 500 rekan buruhnya. Pada Mei 1993, setelah memimpin aksi protes, ia diculik dan kemudian ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tragis.
Kini, dengan diresmikannya “Ruang Marsinah”, semangat perjuangannya hidup kembali — menjadi pengingat abadi bahwa keadilan sosial dan keberanian membela kebenaran adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kemanusiaan di Indonesia.







