Di sisi lain, Gunung Malabar mengalami peningkatan jumlah pendaki tanpa merusak secara masif flora dan fauna.
“Pendakian di Gunung Malabar tetap berlangsung dengan memperhatikan kelestarian alam, dengan pemberian nama-nama tempat yang terinspirasi dari legenda, tumbuhan, dan bentuk geografis,” tambah Gan Gan.
Terkait penamaan tempat, Gan Gan menekankan perlunya verifikasi terlebih dahulu sebelum mengadopsi nama dari sesepuh setempat.
“Kita harus memastikan validitas cerita-cerita tersebut melalui sumber-sumber yang ada, termasuk wawancara langsung dengan sesepuh atau penggunaan sumber sejarah dari arsip Belanda,” jelasnya.
Gan Gan menambahkan bahwa cerita dari beberapa orang berbeda bisa menjadi versi utama, sekunder, atau bahkan tersier, dan penting untuk tidak menghilangkan variasi dalam cerita yang turun-temurun.
“Kita juga harus bijak dalam mencari validitas informasi, misalnya dengan melakukan wawancara di tempat-tempat seperti mesjid atau warung yang sering dikunjungi oleh sesepuh,” tutupnya.