Berasal dari keluarga broken home dan pernah hidup di jalanan, menggerakkan Yopi untuk membuat pondok Alquran bagi anak-anak yang tidak beruntung. Ia tak ingin anak-anak itu merasakan kepedihan yang pernah dialaminya.
“Saya awalnya punya uang tabungan untuk menyekolahkan tiga anak saya, tapi kemudian saya terpikir untuk membuat sekolah saja untuk anak-anak saya, sekaligus menolong anak-anak lainnya,” ujar Yopi.
Ternyata, respons yang didapatkan sangat positif. Belum genap satu bulan, sudah puluhan anak atau orang tua yang ingin mendaftar.
“Saya keliling ke RT dan RW di Lembang, alhamdulillah banyak yang ingin masuk,” kata Yopi.
Menjalankan program pendidikan gratis tak serta merta berjalan mulus. Masalah biaya kerap mengadang para pengurus dalam memberikan pengayoman.
“Kami mengontrak bangunan ini Rp 60 juta setahun, dan baru terbayar Rp 20 juta,” ucapnya.
Alhasil, Yopi dan pengurus lainnya pun harus memutar otak untuk mencari uang operasional. Selama ini, pondok berjalan dengan mengandalkan uang hasil usaha Yopi dan pengurus lainnya, juga bantuan dari para donatur.