Dewi juga berbagi pengalamannya blusukan ke desa-desa di Kabupaten Subang, seperti Desa Cikondang di Pangalengan. Di sana, ia menemukan tradisi membuat nasi tumpeng dengan lauk yang beragam, termasuk ayam utuh untuk tumpeng utama.
“Tumpeng Sunda itu ciri khasnya begitu, isinya tergantung dari kondisi geografis masing-masing,” kata Dewi.
Ia juga mengamati bahwa meskipun teknik dan alat yang digunakan serupa di seluruh Indonesia, setiap daerah memiliki nama dan cara yang berbeda. Misalnya, di Tasikmalaya dan Pangandaran, ada nasi lemeng yang dimasak dalam bambu bersama ikan.
Menurut Dewi, pekerjaan melestarikan budaya dan kuliner ini masih jauh dari selesai dan memerlukan upaya terpadu.
“Sekarang ini anak dan cucu prosesnya panjang, memang harus melestarikan secara terpadu,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara kelompok dan advokasi untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan.
Dewi juga bekerja sama dengan desa-desa wisata dan ibu-ibu yang menguasai makanan tradisional untuk melestarikan kuliner Sunda. Ia mengajak masyarakat untuk menikmati makanan tertentu yang memiliki nilai spiritual pada saat-saat tertentu.