Hasanah.id – Pengamat politik Rocky Gerung menilai seruan “Hidup Jokowi” yang diteriakkan Prabowo Subianto dalam perayaan ulang tahun Partai Gerindra bukanlah bentuk dukungan tulus, melainkan sekadar basa-basi politik. Ia menyebut hal tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menjaga keseimbangan psikologis Presiden Joko Widodo di tengah dinamika politik saat ini.
Menurut Rocky, dalam dunia politik, seseorang yang diundang dalam sebuah acara biasanya diberikan penghormatan khusus, termasuk tepuk tangan atau pujian publik. Ia menegaskan bahwa Prabowo menerapkan pola itu untuk menampilkan kesan positif di hadapan Jokowi dan pendukungnya.
Namun, Rocky menilai ada maksud tersirat di balik pujian tersebut. Prabowo, kata dia, sebenarnya sedang mencoba membuat Jokowi memahami kondisi keuangan negara yang saat ini mengalami defisit. Ia menyoroti bahwa sejumlah proyek era Jokowi telah dibatalkan karena keterbatasan anggaran.
“Kekurangan anggaran ini merupakan dampak dari kesalahan perencanaan di awal pemerintahan Jokowi. Ketika menyusun anggaran 2025 bersama Sri Mulyani pada akhir 2024, ternyata outputnya tidak sesuai harapan. Artinya, dana yang direncanakan tidak berhasil dikumpulkan,” ujar Rocky.
Lebih lanjut, Rocky berpendapat bahwa publik sebenarnya sudah memahami kondisi ini. Oleh karena itu, untuk menjaga citra Jokowi dan meredam ketegangan politik, Prabowo sengaja melontarkan pujian kepada Presiden ke-7 RI tersebut.
“Ini adalah bentuk orkestrasi politik. Ketika seruan ‘Hidup Jokowi’ pertama kali diteriakkan, responsnya masih kurang kuat, sehingga Prabowo mengulanginya lagi dengan lebih lantang. Itu cara membaca situasi politik dari sudut pandang psikologi,” pungkasnya.