
Penuaan yang lebih cepat ini berkontribusi sekitar 39 persen pada hubungan antara mimpi buruk dan risiko kematian dini. Artinya, faktor yang memicu mimpi buruk juga bisa mempercepat kerusakan sel di tubuh. Mimpi buruk muncul pada fase tidur REM, saat otak aktif tetapi tubuh ‘mati rasa’. Pada fase ini, kadar hormon stres seperti adrenalin dan kortisol melonjak, sama intensnya seperti saat kita terjaga.
Jika ‘alarm’ stres ini menyala setiap malam, tubuh bisa terus berada dalam kondisi stres bahkan di siang hari. Stres kronis dapat merusak tubuh, memicu peradangan, menambah tekanan darah, dan mempercepat penuaan dengan merusak pelindung kromosom. Tidur yang terganggu akibat sering terbangun dari mimpi buruk juga membuat tubuh kehilangan waktu perbaikan sel yang ideal.
Kombinasi stres berlebih dan kualitas tidur yang buruk inilah yang diyakini mempercepat penuaan. Sekitar 5 persen orang dewasa mengalami mimpi buruk setidaknya seminggu sekali, sementara 12,5 persen lainnya mengalaminya sebulan sekali.