“Tari Umbul lahir sebagai bentuk ketidaksenangan masyarakat terhadap penjajah Belanda sehingga ekspresi tersebut disalurkan dalam bentuk tarian. Awalnya disajikan pada pertunjukkan Longser, sehingga ada unsur lagu, gerak tari, dan lawak,” ujarnya.
Dikatakan, ciri khas Tari Umbul adalah gerakan pinggul yang berbau erotis sehingga pada awal kemunculannya pernah mengalami penentanga. Namun setelah mengurangi nilai-nilai erotiknya, Seni Umbul kembali muncul dan berkembang luas khususnya di wilayah Kecamatan Situraja dan Paseh.
“Selain pakaian penarinya yang khas, alat musik pengiringnya pun terbilang khusus yaitu berupa Kendang, Dogdog, Tarompet, Ketuk, Goong dan Kecrek, ditambah dengan alunan vokal seorang Juru Sinden,” tutur Tatang yang juga Panitia tari Umbul Kolosal tersebut.
Sebelumnya, pagelaran Tari Umbul Sumedang pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai peserta terbanyak dalam Kontes Seni Tari Umbul pada 20 Mei 2012 di Alun-alun Sumedang yakni dengan melibatkan 2.342 orang. Rekor tersebut disusul pada 31 Agustus 2016 di Lapang Sepak Bola Madukara Paseh dengan 5000 penari sehingga tercatat pada Original Rekor Indonesia (ORI).