Hasanah.id – Beberapa fenomena tsunami nontektonik terjadi di Indonesia pada akhir-akhir ini. Seperti halnya yang terjadi tahun 2018 lalu tsunami akibat nontektonik yakni tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten yang. Tsunami ini terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, efek dari erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempa bumi.
Sejarah mencatat, bencana alam tsunami non tektonik yang menelan korban jiwa sangat besar pernah terjadi sekitar 8 kali, yaitu Tsunami G. Gamkonora (1673), Tsunami G. Gamalama (1763), Tsunami G. Gamalama (1840), Tsunami Gunung Awu (1856), Tsunami Gunung Ruang (1871), Tsunami G. Krakatau (1883), Tsunami G. Rokatenda (1928), dan Tsunami Waiteba NTT akibat longsor tebing pantai (1979).
Selama ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berusaha melakukan antisipasi.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, berdasarkan pencatatan BMKG lebih dari 90% penyebab tsunami adalah fenomena tektonik atau kegempaan.