Uncategorized

Awak Kabin Qantas Cedera Akibat Turbulensi saat Pendaratan di Brisbane

 

HASANAH.ID, INTERNASIONAL – Seorang awak kabin mengalami patah pergelangan kaki dan dua lainnya mengalami luka ringan saat pesawat Qantas yang terbang dari Sydney menuju Brisbane mengalami turbulensi hebat saat hendak mendarat di Brisbane.

Hasil investigasi dari Biro Keselamatan Transportasi Australia menyebutkan bahwa kapten pesawat Boeing 737 milik Qantas tidak memberitahukan kepada awak kabin mengenai kemungkinan terjadinya turbulensi saat penurunan pesawat. Akibatnya, para awak kabin masih menjalankan tugas prapendaratan ketika guncangan terjadi.

Dua awak kabin mengalami cedera ringan, termasuk trauma pada wajah dan gegar otak. Sementara itu, satu awak kabin lainnya mengalami patah pergelangan kaki dan tidak dapat bergerak dari area dapur belakang pesawat. Manajer layanan pelanggan pesawat menyaksikan bahwa awak kabin tersebut sempat terangkat dari lantai, membentur langit-langit kabin, kemudian jatuh kembali dan mendarat dengan pergelangan kaki kanan terlebih dahulu.

Seorang dokter penumpang, seorang awak kabin yang sedang tidak bertugas, dan dua anggota kru lainnya mendampingi awak kabin yang terluka tersebut di bagian belakang pesawat. Hal ini menyebabkan empat orang tidak berada di tempat duduk mereka saat pendaratan berlangsung.

Prosedur operasi standar pesawat Boeing 737 milik Qantas menyatakan bahwa manajer layanan pelanggan sebagai pemimpin awak kabin bertugas menginformasikan kepada pilot jika kabin belum siap untuk pendaratan. Manajer layanan tersebut sempat menghubungi kapten untuk memberitahukan adanya awak kabin yang cedera dan beberapa penumpang yang masih berdiri. Namun, kapten menyatakan tidak mengingat adanya permintaan untuk menunda pendaratan guna memberi waktu tambahan bagi kru kabin. Sebaliknya, ia dua kali meminta semua penumpang dan awak kabin yang tidak terluka untuk kembali ke tempat duduk masing-masing.

Pendaratan merupakan fase kritis dalam penerbangan. Penumpang atau awak kabin yang tidak berada di tempat duduk dan tidak mengenakan sabuk pengaman memiliki risiko lebih besar mengalami cedera jika terjadi keadaan darurat. Hal ini juga dapat memengaruhi kemampuan awak kabin dalam menangani situasi darurat di kabin.

Data menunjukkan bahwa sekitar 80 persen cedera serius akibat turbulensi dalam dunia penerbangan dialami oleh awak kabin, dan kejadian tersebut paling sering terjadi saat persiapan kabin untuk pendaratan. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara pilot dan awak kabin sangat penting agar tugas pelayanan dapat diselesaikan tepat waktu dan risiko cedera dapat diminimalkan.

Perbedaan pemahaman antara pilot dan awak kabin mengenai kondisi kabin dapat menyebabkan keterlambatan respons atau keputusan yang tidak sejalan, yang pada akhirnya dapat mengganggu keselamatan penerbangan.

Setibanya pesawat di Bandar Udara Brisbane, awak kabin yang mengalami patah pergelangan kaki segera mendapatkan penanganan dari petugas ambulans. Namun, dua awak kabin lainnya tidak langsung mendapatkan pemeriksaan atau penanganan medis. Salah satu di antaranya baru menyadari mengalami gegar otak setelah menjalani beberapa penerbangan berikutnya. Sementara itu, satu orang lainnya baru mengetahui cedera di wajahnya melalui diagnosis pribadi sehari setelah kejadian.

Sebagai bentuk evaluasi, pihak maskapai telah memperbarui protokol pelaporan insiden setelah kejadian. Kini, apabila terdapat kru yang mengalami cedera serius atau sakit, pihak maskapai akan menghubungi dokter siaga Qantas. Selain itu, maskapai juga menerapkan langkah tambahan untuk memastikan kondisi kesehatan awak kabin setelah mengalami turbulensi atau gangguan tak terduga selama penerbangan.