
Lebih lanjut, Teguh Rahayu menyoroti adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera, yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi), serta belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Jawa Barat.
Kondisi ini menjadi pemicu peningkatan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.
“Indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat, berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal,” tambahnya.
Dalam konteks ini, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap cuaca ekstrem, seperti hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat atau petir, serta angin kencang, terutama pada periode sore hari.
Upaya pencegahan dan mitigasi risiko bencana menjadi semakin penting dalam menghadapi perubahan cuaca ekstrem, yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap kehidupan dan properti masyarakat.*** (Gilang)







