Cara-cara seperti itu, kata Budiman, dampaknya ialah kerusakan sosial dan politik yang sulit diperbaiki juga akan menyertai kerusakan dalam berfikir positif.
Lebih lanjut dia menuturkan, cara FoF dilakukan dengan mengumpulkan apa yang menjadi ketakutan bagi masyarakat. Dikumpulkan melalui survei kuantitatif. Jadi semua yang ditakuti, semua yang dibenci oleh sebuah bangsa, masyarakat dan kelompok. Itu semua disematkan, itu semua dilekatkan pada lawan.
“Benar atau enggak, tidak penting. Yang penting itu lawan bisa dikalahkan,” tegas Budiman.
Narasi kebohongan, hoaks, semua dilakukan secara terstruktur dan teroraginisir. Hal itu dilakukan untuk menjatuhkan petahana Joko Widodo ( Jokowi). Terlebih, konten-konten negatif merupakan sasaran empuk yang gampang dicerna.
“Ketika semua terdaftar hal yang dibenci, tidak disukai dan bangsa merasa jijik, benar apa tidak, orang bisa begitu saja percaya, dan celakanya satu kebohongan atau fitnah itu lebih mudah dicerna, enak didengar, asik dibicarakan terus menerus ketimbang kabar baik,” katanya.