Oleh karenanya, lanjut Prof. Damayanti, pendekatan pertanian regeneratif memiliki potensi untuk membantu melimpahkan kembali ekosistem di sekitarnya dengan serangga, mamalia, dan burung yang bermanfaat.
“Peningkatan kelimpahan keanekaragaman hayati di atas tanah (above-ground biodiversity) yang dapat dimungkinkan melalui pendekatan pertanian regeneratif antara lain menciptakan habitat bagi penyerbuk dan satwa liar dengan menanam aneka ragam tanaman di tepi lahan atau dengan pohon dan semak di sekitar batas lahan pertanian,” jelasnya.
Selain berperan penting dalam produksi pangan, Prof. Damayanti menyampaikan, lebah memiliki nilai ekonomi bagi peternak. Hal ini dikarenakan lebah dapat menghasilkan madu, propolis, bee polen dan wax atau lilin.
“Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) sebagai asosiasi di bidang entomologi (serangga) memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kepedulian masyarakat luas terhadap lebah,” tutur Prof. Damayanti.
Oleh sebab itu, Prof. Damayanti menegaskan, PEI berinisiatif mengadakan sebuah Dialog Forum Penyerbuk sebagai ajang diskusi para akademisi, pembuat kebijakan, petani, peternak, dan sektor swasta (private sector) untuk bersama-sama membangun diskursus mengenai lebah dan pelestariannya dalam rangka mencari solusi untuk mengatasi masalah perlebahan di Indonesia.