
SLB ABCD kini memiliki 11 ruang kelas dan ruang serbaguna yang dulunya merupakan kamar. Satu kelas dapat menampung 5-6 siswa. “Satu kelas ukurannya paling 4×3 meter, karena memang bekas kamar yang diubah jadi ruang kelas,” ucapnya.
Sekolah ini sudah diampu oleh 13 guru, terdiri dari lima PNS dan delapan honorer. Tiga di antaranya juga merupakan penyandang disabilitas. Murid yang sudah berada di tingkat akhir juga tetap melaksanakan Ujian Nasional layaknya murid di sekolah umum. Di sekolah ini, para orang tua juga tidak dibebankan dengan SPP, tergantung kemampuan mereka.
“Hampir 70% kurang mampu. Kalau yang mampu SPP-nya Rp 100 ribu, ada yang Rp 50 ribu, Rp30 ribu, banyak juga yang digratiskan,” tutur Tatang.

Tatang mengaku biaya operasional sekolahnya itu hanya mengandalkan dana BOS dan sebagian dari itu patungan dipakai untuk membayar gaji honorer. Saat ini ia berharap dapat membangun asrama untuk para muridnya yang memiliki tempat tinggal jauh dari sekolah.