“Dampak buruk pertambangan dulu merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sekarang, proyek geotermal ini akan mengulang kembali trauma tersebut,” kata Farhan.
Warga juga mempertanyakan klaim PLN bahwa proyek ini akan meningkatkan pasokan listrik di NTT.
“PLN selalu mengkampanyekan bahwa sudah ada surplus listrik di NTT, tetapi kenyataannya, proyek geotermal tetap dipaksakan. Ini bukan soal energi rakyat, ini soal bisnis,” tutur Umbu.
Menurut laporan WALHI, sebagian besar kebutuhan energi di wilayah NTT, termasuk air bersih, lebih banyak dimonopoli oleh industri besar dan kelas menengah ke atas, sementara warga biasa, terutama di daerah terpencil, masih kesulitan mengakses listrik dan air bersih.
Penolakan terhadap proyek PLTP ini telah disuarakan oleh warga melalui berbagai jalur demokrasi, mulai dari mengirim surat, berdemonstrasi, hingga mengajukan audiensi dengan pemerintah. Namun, hingga saat ini, mereka merasa hak-hak mereka tidak pernah diakui.
“Masyarakat di Flores sering dianggap kecil dan marjinal. Pendapat mereka tidak pernah didengar oleh pemerintah,” pungkas Umbu.
