Aksi Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Dago

HASANAH.ID, KOTA BANDUNG – Perjuangan perempuan memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari kematian pejuang-pejuang perempuan di Eropa yang memicu perlawanan terhadap ketidakadilan. Hari ini, refleksi itu diterjemahkan dalam berbagai aksi untuk mengingatkan bahwa kondisi perempuan, baik di sektor ekonomi, politik, maupun budaya, masih jauh dari kata ideal.
Ainul Mardiah, salah satu dari Front Mahasiswa Nasional (FMN) Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa perempuan masih menghadapi diskriminasi di berbagai sektor.
Di bidang ekonomi, upah perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, tanpa adanya tunjangan khusus meskipun perempuan memiliki kebutuhan spesifik yang sering diabaikan.
Di bidang politik, keterlibatan perempuan dalam pemerintahan hanya sekitar 30%, angka yang masih minim untuk representasi yang setara. Selain itu, stigma bahwa perempuan tidak cocok menjadi pemimpin masih sangat kuat, bahkan di lingkungan kampus.
Budaya patriarki di Indonesia juga menjadi akar masalah. Masyarakat masih memiliki pandangan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi atau berperan aktif di ruang publik. Menurut Ainul, ini adalah bagian dari masalah struktural yang harus dilawan secara kolektif.