Yang mengejutkan, deflasi juga terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan andil sebesar -0,12% secara bulanan. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, kelompok ini selalu menyumbang inflasi menjelang Ramadan. “Pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau selalu mengalami kenaikan harga, meskipun tertahan oleh musim panen yang dimulai sejak Februari di beberapa daerah,” tulis CORE.
Penurunan konsumsi juga tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang dirilis Bank Indonesia. IPR pada Februari 2025 berpotensi merosot 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama akibat turunnya penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau (-1,7%). CORE mencatat bahwa pertumbuhan IPR mengalami perlambatan sejak 2017, setelah sebelumnya selalu mencatat kenaikan dua digit.
“Puncaknya adalah anomali pada Ramadan dan Lebaran 2025,” tulis laporan itu.
Perlambatan konsumsi juga terlihat dari penjualan ritel. Beberapa perusahaan ritel mengalami penurunan pertumbuhan, seperti Indomaret yang melambat dari 44,7% pada 2022–2023 menjadi hanya 4% pada 2024. Alfamart turun dari 13,9% pada 2022 menjadi 10% pada 2024, sementara Ramayana mengalami penurunan tajam dari 8,1% pada 2022 menjadi hanya 0,1% pada 2024.