Dedi menyoroti bahwa pada usia TK dan SD, yang paling penting adalah proses belajar dan bermain yang sesuai dengan perkembangan anak, bukan seremoni yang berlebihan. Ia juga mengkritisi adanya kegiatan yang justru mengalihkan fokus anak dari pengalaman belajar yang lebih esensial.
“Ada saja kegiatan di TK yang tidak ada relevansinya dengan perkembangan anak. Seremonialnya aneh-aneh, sementara yang dibutuhkan anak adalah pengalaman belajar yang lebih membumi,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Dedi berencana mengajak para Bupati dan Wali Kota di Jawa Barat untuk berdiskusi dan menyusun komitmen bersama dalam menata kembali sistem pendidikan di daerahnya masing-masing.
“Karena kewenangan pengelolaan pendidikan TK hingga SMP berada di tangan pemerintah kabupaten/kota, saya ingin duduk bersama dengan para Bupati dan Wali Kota untuk membangun kesepakatan baru. Kita harus memastikan pendidikan berjalan dengan lebih bermakna,” tegasnya.
Selain itu, Dedi juga berencana melakukan perubahan pada metode pembelajaran di sekolah. Ia mengusulkan agar pembelajaran kembali berfokus pada buku fisik dibandingkan perangkat digital, karena penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dapat menurunkan daya ingat anak dibandingkan dengan membaca buku secara langsung.