Alun-alun Cicendo, tempat yang dulu menjadi pusat kegiatan masyarakat, kini tampak terlantar. Jejak vandalisme menghiasi di beberapa sudut alun-alun, menyisakan luka di hati kota.
Tanaman liar tumbuh dengan liar, menutupi keindahan yang pernah ada. Sampah berserakan, meresap dalam senyapnya kesepian.
Menapak di atas tanah yang tak lagi terurus, Fadli, 19 tahun, merupakan seorang pengunjung setia Alun-alun Cicendo. Ia menggunakan fasilitas lapangan yang ada di area tersebut.
“Saya kesini seminggu tiga kali buat olahraga, soalnya nggak ada tempat lagi selain disini (alun-alun Cicendo) yang dekat dengan rumah,” ungkapnya, suaranya penuh harap.
Namun, kegiatan yang dulu meriah kini hanya ditinggalkan oleh segelintir pengunjung, kebanyakan dari kalangan lanjut usia yang masih setia dengan rutinitas pagi mereka.