BANDUNGBerita

Nostalgia Warga Tentang Alun-alun Cicendo

 

Tanaman liar tumbuh dengan liar, menutupi keindahan yang pernah ada. Sampah berserakan, meresap dalam senyapnya kesepian.

 

Potret alun-alun Cicendo yang tak dilirik publik./Foto: Gilang Fathu Romadhan 

Menapak di atas tanah yang tak lagi terurus, Fadli, 19 tahun, merupakan seorang pengunjung setia Alun-alun Cicendo. Ia menggunakan fasilitas lapangan yang ada di area tersebut.

 

“Saya kesini seminggu tiga kali buat olahraga, soalnya nggak ada tempat lagi selain disini (alun-alun Cicendo) yang dekat dengan rumah,” ungkapnya, suaranya penuh harap.

 

Namun, kegiatan yang dulu meriah kini hanya ditinggalkan oleh segelintir pengunjung, kebanyakan dari kalangan lanjut usia yang masih setia dengan rutinitas pagi mereka.

 

“Ya paling yang datang cuman beberapa orang kalo pagi, rata-rata orang lanjut usia buat jogging,” tambahnya, sedih.

 

Menyambangi warung kecil yang menghiasi pinggiran Alun-alun Cicendo, kami bertemu dengan Sri Wahyuni, pemiliknya.

Previous page 1 2 3Next page