BANDUNG

Cerita Penjual Buku di Bandung yang Jadi Saksi Bisu Razia Literatur

Deni menegaskan bahwa bukan hanya toko buku besar yang terkena sweeping, tetapi toko buku kecil juga turut terdampak. “Tak hanya toko buku besar saja, toko buku kecil pun termasuk dan lama kelamaan buku itu hilang dari peredaran, yang saya ingat dimulai di tahun 2016,” katanya.

Ia mengekspresikan kekecewaannya terhadap pemerintah yang dinilai bertindak sewenang-wenang terhadap buku-buku yang menganut paham sosialis.

“Dalam segi kreativitas itu mematikan pikiran, dan jika dalam segi perdagangan itu otomatis menghentikan distribusi. Seharusnya ada prosedurnya tidak main hakim sendiri dengan cara turun kelapangan membredel buku-buku yang sebenarnya belum tentu juga pro terhadap paham kiri,” ujarnya.

Pada tahun 2017, hal ini dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan harapan mengembalikan kebebasan berpikir, namun kenyataannya literatur semakin langka dan tingkat literasi generasi muda Indonesia berada di bawah kategori rendah.

Pegiat literasi senantiasa mendampingi rekan-rekan sesama pecinta literatur yang berkomitmen untuk menjaga nilai-nilai keilmuan dalam literatur. “Kita harus bersama-sama, jangan lemah,” ajaknya.

Previous page 1 2 3Next page
Back to top button