Kasus HIV pada Remaja Meningkat, Kemenkes Soroti Minimnya Edukasi dan Akses Informasi

Hasanah.id— Kementerian Kesehatan RI mencatat lonjakan kasus HIV pada kelompok usia remaja. Hingga Maret 2025, sebanyak 2.700 individu berusia 15–18 tahun di Indonesia teridentifikasi hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV), menandai kekhawatiran serius terhadap penyebaran virus di kalangan usia muda.
Data tersebut menegaskan bahwa HIV tidak lagi menjadi isu terbatas pada kelompok dewasa atau populasi tertentu, melainkan mulai menjangkiti kalangan remaja yang tergolong berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, lelaki seks dengan lelaki (LSL), dan transgender.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr. Ina Agustina Isturini, menyebut peningkatan prevalensi HIV di kelompok usia 15–24 tahun sudah terlihat sejak 2023.
“Khususnya pada populasi remaja LSL, tren kasus di Indonesia melampaui rata-rata global di kawasan Asia,” ujar Ina dalam keterangannya.
Mengacu pada laman resmi Kemenkes, Indonesia mencatat sekitar 27 ribu kasus baru HIV setiap tahun, dan hampir separuhnya berasal dari kelompok remaja dan pemuda. Lonjakan ini turut diperkuat oleh hasil survei Global School-Based Student Health Survey (GSHS) 2023 yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Tin Afifah, menyampaikan bahwa proporsi siswa laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Ia juga menyoroti adanya peningkatan tren perilaku seksual pranikah pada kedua kelompok.
“Perilaku seksual yang tidak aman meningkatkan risiko penularan HIV dan penyakit menular seksual (PMS),” kata Tin dalam sebuah webinar, Selasa (17/6).
Afifah menjelaskan bahwa remaja merupakan kelompok rentan karena berada dalam masa transisi yang krusial.
“Ini fase yang menentukan arah kesehatan individu sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu, edukasi dan intervensi kesehatan reproduksi di fase ini sangat penting,” imbuhnya.
Kementerian Kesehatan mengidentifikasi beberapa faktor utama di balik meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja, antara lain kurangnya akses terhadap informasi kesehatan seksual, rendahnya pengetahuan tentang HIV, serta ketidaksadaran terhadap risiko dari perilaku seksual berisiko. Tak sedikit pula dari mereka yang menjadi korban kekerasan seksual.
“Remaja dan dewasa muda adalah kelompok yang menghadapi kerentanan ganda — baik dari aspek kesehatan maupun sosial. Maka dari itu, pendekatan komprehensif sangat diperlukan,” kata dr. Ina.
Untuk merespons hal tersebut, pemerintah terus mendorong penguatan edukasi dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV/AIDS. Kemenkes juga mengajak seluruh kementerian, lembaga, serta mitra terkait untuk terlibat aktif dalam penanggulangan HIV dan infeksi menular seksual (IMS).
“Kami mengimbau semua pihak untuk menjalankan peran masing-masing dalam menyebarluaskan informasi, memperkuat intervensi kesehatan, serta memastikan anak-anak muda mendapat akses layanan yang memadai,” tegas Ina.