Sementara itu Novandri dari komunitas Dekat Bareng Reptil mendapat 11 laporan dimana 7 yang sudah berhasil direscue dan sebagian besar juga jenis baby cobra. “Kenapa tidak semua laporan dapat direscue karena terkadang laporan yang disampaikan terlalu lama sedangkan sifat ular akan selalu bergerak mencari tempat yang aman”, ujarnya.
Dia menambahkan bahwa banyak kasus, penemuan kasus dilaporan oleh PPSU sehingga dibutuhkan edukasi dan training bagaimana penanganan ular yang benar bagi mereka.
Pemerhati Aspera, Ave menyoroti habitat satwa termasuk ular yang tergerus karena pembangunan pemukiman dan sarpras lainnya. Dia menambahkan terkait tata kelola penanganan korban gigitan ular yang perlu diperbaiki. “Sebaiknya Serum Anti Bisa Ular (SABU) yang sudah tersedia di beberapa rumah sakit yang mendatangi/dikirim ke korban bukan sebaliknya untuk efektifitas waktu” ujar pria plontos ini.
Koordinasi dan diskusi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar terkait dengan pemberitaan kemunculan ular yang marak belakangan ini. Fenomena ini merupakan hal yang sudah menjadi siklus tahunan namun masyarakat diharapkan waspada khususnya untuk menjaga tempat tinggalnya tidak menjadi “rumah ideal” bagi tumbuh kembang ular.