Menurut Oktaviana, seni cadas ini merupakan bukti bahwa tradisi bercerita dalam bentuk gambar telah ada sejak zaman prasejarah, mendahului seni figuratif dari zaman Paleolitikum di Eropa. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa manusia purba di Asia Tenggara telah lebih dahulu mengembangkan ekspresi seni dibandingkan yang sebelumnya diperkirakan.
Untuk menentukan usia lukisan gua ini, tim peneliti menggunakan metode mutakhir Laser Ablation U-Series (LA-U-series). Teknologi ini menganalisis lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas pigmen lukisan, memungkinkan peneliti mendapatkan hasil dengan tingkat akurasi sangat tinggi.
Profesor Maxime Aubert dari Griffith University menjelaskan bahwa metode LA-U-series lebih akurat dibandingkan teknik sebelumnya. Teknologi ini juga diterapkan pada seni cadas di situs Leang Bulu’ Sipong 4, yang sebelumnya diperkirakan berusia 44.000 tahun. Namun, hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa lukisan di situs tersebut ternyata berusia sekitar 48.000 tahun.