Prasetyo mengaku telah membaca 13 tuntutan yang diajukan mahasiswa dalam aksi tersebut, termasuk kritik terhadap MBG. Ia meminta para mahasiswa untuk lebih teliti dalam mempelajari kebijakan tersebut sebelum mengkritik.
“Harap dipahami dengan baik, jangan sampai menyampaikan sesuatu yang sebenarnya sudah dijelaskan. Saya membaca tuntutan itu, termasuk yang berkaitan dengan makan bergizi,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa program serupa MBG telah diterapkan di berbagai negara maju selama ratusan tahun, seperti di Jerman yang sudah melaksanakannya sejak tahun 1800-an.
“Pahami sejarahnya, hampir semua negara maju memiliki program seperti ini selama berabad-abad. Kunci kemajuan bangsa terletak pada sumber daya manusia (SDM), yang harus didukung oleh gizi yang baik dan pendidikan berkualitas,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa program MBG tidak hanya diperuntukkan bagi anak sekolah, tetapi juga bagi ibu hamil. Pemerintah, katanya, berupaya menangani masalah gizi dan pendidikan secara bersamaan sebagai langkah strategis untuk mengejar ketertinggalan.