“BP Batam bilang kalau kami tidak mau pindah, Rempang Eco City akan tetap berjalan,” ungkapnya.
Aris, warga Rempang lainnya, menambahkan bahwa semangat mereka untuk bertahan juga didukung oleh solidaritas dari organisasi seperti WALHI dan YLBHI, serta bantuan dari berbagai pihak di Indonesia.
“Kami sangat terharu dengan solidaritas yang ada. Ini memberikan kami semangat untuk terus bertahan,” katanya.
Warga Rempang menyadari bahwa mereka dihadapkan pada sumber daya yang terbatas, yang mungkin dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membujuk mereka. Namun, warga tetap bersatu dan tegas menolak relokasi.
“Kami tahu bahwa SDM kami terbatas, tapi kami akan terus bertahan,” tegas Asma.
Warga juga menyoroti masalah ekonomi yang akan mereka hadapi jika direlokasi. Menurut Asma, tanah seluas 500 meter persegi yang ditawarkan tidak cukup untuk menanam tanaman tahunan seperti kelapa dan durian yang menjadi sumber penghidupan mereka.
“Ini bukan tentang kami anti pembangunan, tapi kami ingin pembangunan yang adil dan mendukung perekonomian kami, bukan hanya mendukung perekonomian kelas atas,” jelasnya.