Ia juga menyebutkan bahwa warga yang tergiur dengan tawaran relokasi sebenarnya kurang memahami konsekuensi jangka panjangnya.
“Uang satu juta dua ratus ribu rupiah yang diberikan untuk biaya hidup sementara di tempat relokasi tidak cukup. Warga yang telah mendaftar relokasi mungkin tidak paham apa yang akan terjadi ke depannya,” tambahnya.
Bagi warga Rempang, relokasi bukanlah solusi. Mereka melihat bahwa ruang hidup mereka akan terancam, dan mereka tidak akan bisa melanjutkan pekerjaan sebagai petani di lahan yang sempit.
“Orang tua kami menanam tanaman tahunan seperti kelapa dan durian, jika hanya diberikan tanah 500 meter, mereka tidak akan bisa menanam lagi. Kami menolak relokasi karena ini menyangkut masa depan anak dan cucu kami,” tutup Asma.